Bintang ...
Tak terasa sudah memasuki
tahun kelima aku mengenalmu. Sangat berbeda rasanya daripada
tahun-tahun awal kita kenal dulu. Apakah kamu masih mengingat
saat-saat kita masih dekat dulu ?? Aku rasa hanya aku yang menganggap
semua itu berarti. Hmm ...
Aku masih mengingat semua
dari awal. Tempat pertama kita bertemu, di skaten. Kejadian yang
membuat kita pertama kali saling berbicara, arum manis. Semua itu
jadi kenangan manis untukku.
Tahun pertama kita
kenal. Betapa berusahanya aku supaya kita bisa dekat. Dan akhirnya
bisa sampai sedekat saat itu denganmu. Sampai saat teman-teman lain
membicarakan pacar, yang kubicarakan adalah kamu. Padahal bukan
itulah hubungan kita berdua. Rasanya waktu itu aku cukup dengan
adanya kamu dalam hariku. Satu tahun rasanya begitu indah. Saat itu
aku hanya merasa nyaman bersamamu. Tak berharap ada perasaan khusus.
Memasuki tahun kedua.
Saat itu kau mulai mempunyai pacar. Saat itu yang terpikirkan
hanya aku begitu takut kau berubah dan mengabaikan aku. Tapi aku
tetap mendukung semua hal yang mungkin bisa membuatmu bahagia. Tapi
hati ini tidak bisa dibohongi. AKU CEMBURU. Aku mulai melakukan
hal-hal bodoh hingga marah-marah tak jelas padamu. Mungkin saat itu
kau bingung. Tapi aku sama sekali tak bisa menjelaskan apapun. Karena
sebenarnya aku pun masih mempertanyakan perasaanku padamu. Begitu
sayangnya aku padamu hingga takut kehilanganmu. Tapi aku tahu dengan
sangat jelas apa hubungan antara aku dan kamu menurut pandanganmu dan
orang lain. Seringnya aku meminta agar kau tak menghubungiku untuk
sementara. Apa yang ku harapkan ? Sebenarnya yang ku harap kamu
memintaku tetap bersamamu dan berharap aku berarti di matamu. Dan
mungkin itulah awal dari keadaan yang ku sesali saat ini.
Tahun ketiga. Aku
semakin berada di “grey area” perasaanku padamu. Jujur aku begitu
menyayangimu, tapi juga sakit ku rasakan saat kau lebih memperhatikan
yang lain dan mulai mengabaikanku. Aku termakan nasehat orang yang
mengatakan aku terlalu naif menunggumu yang tak mungkin menganggapku
berarti di matamu. Aku mengatakan dengan sangat keras padamu bahwa
aku tak akan sama dengan aku yang dulu. Dan keadaan diantara kita tak
akan pernah sama lagi. Mungkin saat itu membuatmu sangat terluka. Aku
mengakui betapa bodohnya aku saat itu kini. Aku kehilanganmu saat
ini. Tahun itu aku mencoba untuk melepaskan bayangmu. Walaupun kau
masih mencoba menghubungiku, tapi ku tanggapi dengan sangat acuh. Aku
menyesal. Tapi ternyata apa yang ku rasakan padamu tidak pernah bisa
berubah. Aku masih merindukanmu. Tapi apa daya yang terucap tak bisa
ku tarik kembali. Andai waktu bisa berulang. Aku terima
konsekuensinya.
Di tahun keempat aku
semakin berusaha mencari cara untuk bisa menghilangkan rasaku padamu.
Aku berusaha mencari penggantimu di hatiku. Tapi yang kutemukan
adalah orang yang salah. Aku semakin menyakiti hatiku. Aku semakin
menutupnya rapat agar tak kembali terluka. Dan yang paling ku
sedihkan adalah di saat paling terpurukku tak ada kamu di sisiku.
Kita sudah tidak seperti dulu seperti apa yang pernah aku katakan
padamu. Dan lagi-lagi aku begitu menyesali perkataan itu. Andai waktu
bisa berulang. Canggung, tak akrab, tak lagi bisa membicarakan apapun
padamu seperti waktu dulu. Tapi aku masih sering merindukanmu. Hingga
ternyata aku sadari semakin lama kita benar-benar semakin menjauh.
Dan aku putuskan untuk benar-benar menjaga jarak denganmu. Aku
menahan diriku untuk tidak menghubungimu. Hilang semua kebiasaan.
Dan memasuki tahun
kelima ini, aku akan benar-benar berusaha menghilangkan semua
kenangan dan perasaanku. Entah mungkin akan sangat benar-benar sulit.
Tapi aku akan sangat berusaha. Ku mulai dengan memotong rambutku yang
sudah kupanjangkan selama 2 tahun yang kuanggap sebagai simbol
penantianku padamu. Ku pangkas hingga tak bisa lagi dikatakan
panjang. Aku mulai berkurang menangis untukmu. Aku akan terusa
berusaha dengan masih menutup hatiku. Tak akan mengulangi kesalahan
yang sama. Aku tak akan menggunakan orang lain untuk mematikan rasaku
padamu. Tuhan, bantu aku untuk menghilangkan rasaku padanya. Tidak
akan ku sesali semua yang pernah terjadi. Karena semua itu telah
membuatku belajar tentang banyak hal. Bintang, inilah konsekuensi
dari perkataanku. Dan saat ini pun adalah akibat dari perbuatanku.
Aku akan menerimanya dengan sangat ikhlas dan mulai tetap menjalani
hariku dengan hati yang bebas. Terima kasih atas semua hal indah yang
pernah terjadi. Kau adalah salah satu yang special di hatiku.
0 komentar:
Posting Komentar